Responsive Ad

(Cerpen) Hubungan Tanpa Status

    Nama lengkapnya adalah Desi Maharani. Teman-teman kuliahnya biasa memanggilnya Desi. Tapi setauku nama panggilan dia ketika di perumahan dulu adalah Rani, jadi aku juga memanggilnya tetap Rani sesuai dengan nama panggilan di perumahan dulu. Kami sempat satu perumahan dahulu kala ketika aku masih kelas 3 SD dan Rani kelas 4 SD. Ya kami memiliki perbedaan umur 1 tahun, tapi untuk dapat kenal lebih dekat tak ada aturan jarak umur yang mengharuskan umur sekian, apalagi kami yang hanya berjarak 1 tahun.

    Ketika di perumahan dulu kami tidak dekat, hanya sekedar sapa menyapa, sampai pada bangku SMA kami masih sering bertemu dan tegur sapa satu sama lain karena kami sudah hafal rutinitas yang dilakukan oleh masing-masing. Apalagi ketika pada bulan Ramadhan, rutinitas yang aku dan Rani lakukan yaitu ketika sore tiba, kami selalu pergi menuju Masjid yang berada di perumahan kami. Kami bertadarus bersama, buka puasa bersama hingga tarawih bersama pada Masjid tersebut.

    Kemanapun Rani pergi dia selalu bersama teman perempuannya yang bernama Sinta. Entah ke-Ge-er-an atau apa itu, tapi aku merasa mereka berdua selalu memperhatikanku dimanapun dan kapanpun aku berada. Apakah mereka berdua menyukaiku? Atau hanya satu diantara mereka berdua? Entah, aku juga tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena waktu itu aku juga belum begitu mengerti dengan yang namanya Cinta walaupun sudah duduk dibangku SMA.

    Jika bertemu denganku, Rani kerap sekali meledekku, tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Rani meledek dengan berbicara "Hey hey, itu ada Sinta loh, dia suka sama kamu tau haha." Aku selalu membuat bercanda perkataan tersebut. Entah benar atau tidaknya aku tidak terlalu memperdulikan hal tersebut karena jujur saja aku memang tidak tertarik dengan Sinta melainkan tertarik terhadap Rani. Aku tidak pernah membalas untuk meledek Rani, ya mungkin karena waktu itu kami tidak dekat, hanya sekedar teman tadarus biasa yang bertemu hampir setiap hari, dan tak lebih dari itu, jadi kami agak kaku jika ingin mengobrol bersama.

    Sampai suatu saat aku lulus dari bangku SMA dan melanjutkan kuliah di luar kota. Tentunya Rani sudah lulus SMA terlebih dahulu dari aku, tapi Rani kuliahnya  di dalam kota, tidak diluar kota. Setelah aku pergi keluar kota, saat itu kami tidak berhubungan cukup lama, ya kurang lebih ada 7 bulan. Pada suatu hari aku sedang membuka facebook milikku pribadi, dan tiba-tiba ada obrolan muncul, ternyata dari Rani "Hai, apa kabar kamu? Lama tidak bertemu, itu dicariin Sinta tau haha." Rani masih saja suka meledekku, dan aku juga tak mau kalah dengan meledek balik dia "Hai juga, kabar baik tentunya, halah yang nyariin Sinta atau kamu hayo haha." Sejak saat itu kami jadi sering berkomunikasi walau melalui obrolan pada facebook, dan pada akhirnya aku yang mengalah dengan meminta nomer handphone milik dia.

    Kami jadi semakin dekat setelah itu. Sms setiap hari, telfon hampir setiap malam, saling memberi perhatian, yang berawal dari ledek-meledek sampai tumbuh rasa dihati. Mulai dari perhatian sederhana "Kamu jangan tidur malem-malem ya gak baik buat kesehatan." Hingga "Kamu harus semangat tiap harinya, karena aku akan selalu ada buat kamu." Iya kami hanya berhubungan melalui handphone, tapi disitulah proses pendekatanku dengan Rani. Baru aku tau sifat-sifat Rani semenjak kami sering berkomunikasi melalui perantara handphone tersebut, setelah sebelumnya aku sama sekali tidak pernah tau sifat asli dari Rani selama bertahun-tahun di perumahan.

    Rani ternyata gemar bernyanyi, selalu dia selingkan dengan bernyanyi ketika sedang menelfonku. Suaranya tidak jelek, melainkan merdu, dan yang terpenting aku suka dengan suara Rani, tapi menurutku tidak hanya suaranya saja yang aku suka, namun semua yang ada dalam diri Rani aku menyukainya, entah itu kelebihan atau kekurangan dia. Saya rasa Rani juga merasakan hal yang sama bahwa dia juga suka denganku, terlihat dari cara dia memperhatikanku. Rani sering mengirimkan rekaman suara dia ketika sedang bernyanyi, dan aku selalu mendengarkan serta menyimpan rekaman tersebut.

    Hari libur kuliah telah tiba, setelah pusing kepala memikirkan Ujian Akhir Semester yang melelahkan pikiran. Aku memutuskan untuk pulang kampung dengan mengendarai sepeda motor. Ya resiko mengendarai sepeda motor pasti besar, tepat sekali aku mengalami kecelakaan sepeda motor setelah perjalanan 2 jam dari 3 jam yang seharusnya ditempuh. Aku sempat tak sadarkan diri ketika kecelakaan, luka yang aku alami tidak begitu parah hanya jahitan pada pergelangan kaki dan pada lutut, ya walaupun ada 10 jahitan masing-masingnya. Namun lawan kecelakaanku mengalami patah tulang rusuk dan hancur total pada motornya. Ah sudahlah, urusan kecelakaan kita kesampingkan. Selang 1 jam aku berbaring di rumah sakit menunggu jemputan dari orang tua akhirnya aku dibawa pulang pada hari itu juga.

    Setelah Rani mengetahui kabar kecelakaan yang aku alami, Rani pun berinisiatif datang ke rumahku untuk menjenguk. Ya itu merupakan pertemuan awal kami setelah berbulan-bulan tak bertemu. Rani jadi semakin cantik, langsing, dan putih. Jantungku berdegup kencang saat Rani berada disebelahku untuk menanyakan hal apa yang terjadi dan mengapa bisa aku mengalami kecelakaan tersebut. Setelah aku menceritakan kronologisnya, Rani masih saja meledekku dan menggodaku, mulai dari cubit kecil hingga cubit besar. Sakit memang tapi aku terima saja, malah aku senang dibuatnya. Aku merasa nyaman, nyambung juga ketika sedang mengobrol dengan dia, satu jalan pikiran pula. Kami mengobrol cukup lama saat itu. Obrolan kami terpotong oleh cuaca, langit begitu mendung seakan ingin menumpahkan semua isinya, jadi Rani langsung meminta izin untuk pulang sebelum dia kehujanan, aku pun megizinkan dengan sedikit berat hati.

    Setelah pertemuan tersebut kami jadi semakin dan semakin dekat, seakan waktu sudah mendesak kepadaku untuk segera menembak Rani, namun aku masih berfikir apakah Rani benar-benar cinta kepadaku atau hanya main-main saja. Ditambah aku kerap kali melihat foto Rani bersama cowok di sosial media, ya walaupun cowok tersebut hanyalah teman Rani, namun aku agak cemburu dibuatnya. Pernah pada suatu malam aku memberanikan untuk sms Rani dengan kata-kata "Rani, I love you, kamu jangan pergi tinggalin aku ya." Lalu Rani membalas "Iya, aku gak akan ninggalin kamu kok, love you too." Setelah menerima balasan dari Rani tersebut hatiku terasa berbunga-bunga. Benar sekali, aku sedang mengalami jatuh cinta. Setelah aku sembuh dari luka akibat kecelakaan, aku pun melanjutkan kuliah dan pergi keluar kota kembali.

    Pada suatu hari Rani akan mengantarkan kakaknya pergi keluar kota dengan naik pesawat, jadi Rani harus pergi ke bandara di kota yang aku tinggali, karena di daerah Rani belum ada bandara, miris memang. Setelah Rani selesai dengan urusan kakaknya, Rani mengajakku untuk berkeliling kota besar tersebut. Aku pun langsung menjemput Rani ke bandara untuk bermain berdua bersama. Hari yang begitu indah, seakan dunia milik kita berdua. Pada hari itu kami pergi ke bioskop, makan siang bersama, dan kami menutup hari itu dengan duduk bersama di taman kota. Tidak ketinggalan kami selalu foto bersama untuk mengenang masa-masa indah ini. Sederhana memang, namun sangat berkesan buatku. Kami mesra, tak jarang juga kami saling bergandengan tangan. Oh Tuhan.

    Setelah Rani pulang ke rumahnya tak tau ada angin apa, sifat Rani perlahan mulai berubah. Jarang balas sms, ditelfon tidak diangkat, perhatiannya juga mulai pudar. Oh ada apakah ini? Lambat laun Rani mulai menghilang dan semakin sering dia posting foto bersama 1 cowok itu saja. "Apakah cowok itu merupakan pacar baru Rani?" Pertanyaan dalam benakku yang selalu muncul tiap melihat foto dirinya bersama cowok tersebut. Aku mencoba sms Rani untuk menanyakannya "Rani, ada apa dengan dirimu, mengapa sudah tidak ada perhatian dari dirimu yang ditujukkan untukku? Kemana sifat kamu yang dulu? Kemana Rani?" Sms tersebut aku kirim pada siang hari. Pada malam harinya handphone milikku berbunyi yang ternyata balasan sms dari Rani, aku bergegas membukanya karena penasaran, ternyata balasan dari Rani yaitu "Maafin aku, aku sudah tidak mungkin bisa bersama denganmu, aku tau aku salah, aku hanya memiliki rasa sebagai teman saja denganmu, tidak lebih. Aku tidak ingin kamu terlalu dalam mencintai aku yang berujung sakit hati." Jujur saat membaca balasan dari Rani aku sudah mulai berputus asa, seakan ini merupakan pertanda bahwa hubunganku dengan Rani akan berakhir, Padahal belum sempat berpacaran.

    Aku mencoba mengikhlaskan, aku mencoba untuk move on dari dirinya. Namun, ada banyak sekali kenangan yang sudah Rani berikan, bukan hanya lewat perasaan saja, tapi juga berupa benda-benda, rekaman suaranya, foto-foto bersama dirinya. Sulit untukku melupakan Rani, butuh waktu dua bulan lebih untuk melupakannya. Dengan cara terpaksa aku menghapus semua rekaman dan foto yang berhubungan dengan dia. Benda-benda yang Rani berikan pun sudah aku buang. Tega memang, tapi harus bagaimana lagi. Cara agar aku cepat untuk move on. Hari berganti hari, terus seperti itu hingga tak terasa ternyata proses move on sudah behasil. Namun, Rani masih memberikan bekas trauma dihatiku yang berimbas aku sampai saat ini belum membuka hati untuk dekat dengan orang lain dikarenakan trauma tersebut. Hubungan tanpa status ini berakhir dengan cara kami yang sejak dari awal kenal kaku, ditengah sempat manis, dan berakhir hilang untuk sementara atau bahkan selamanya. Biarkan semua berjalan dengan apa adanya, semua sudah ada yang mengatur.

Posting Komentar

0 Komentar